Search

Minggu, 15 Maret 2009

Ponari Nekat Buka Praktik

Ponari Nekat Buka Praktik, Polisi Kendorkan Penjagaan, Pasien dan Warga Gembira


JOMBANG | SURYA-Sekitar 1.200 warga dari berbagai kota kembali mendatangi Dusun Kedungsari, Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Sabtu (14/3). Merekalah para calon pasien Mohammad Ponari.

Sang dukun cilik berusia sembilan tahun –yang mengobati bermodalkan ‘batu sakti’– tersebut memang mulai buka praktik lagi, Sabtu (14/3), kendati pihak Muspida Jombang tidak mengizinkan. Hal ini sesuai niat yang dilontarkan pengacara pihak Ponari, Achmad Rifai.

Hal mengejutkan dari pembukaan kembali praktik Ponari ini adalah keberadaan para petugas dari Polres Jombang. Jika sebelumnya mereka ketat melakukan penjagaan, terutama di dua pintu masuk dusun Kedungsari, penjagaan kemarin (14/3) ternyata mengendor.

Ada kesan polisi melepaskan penjagaan, kecuali hanya memantau. Jika sebelumnya polisi –di pintu masuk dusun– selalu memeriksa KTP warga yang melintas hendak masuk ke dusun setempat, kini warga dibebaskan dari pemeriksaan.

Di beberapa tempat strategis, seperti perempatan-perempatan dusun dan seputar rumah tempat praktik Ponari, juga tidak banyak polisi berjaga-jaga. Pantauan Surya, di jalur masuk antrean menuju tempat praktik Ponari hanya dijaga dua-tiga polisi. Demikian juga jalur keluar.

Hal tertsebut tak hanya disambut suka-cita oleh ribuan calon pasien melainkan juga para warga setempat. Maklum, banyak warga setempat ikut kecipratan rezeki dengan dibukanya kembali praktik Ponari, yang selalu dibanjiri massa pengunjung.

Sejumlah warga sejak pagi tampak menggelar dagangan, sebagian lagi mendirikan tenda-tenda untuk tempat parkir. Katinah, 70, warga setempat, mengaku, begitu mendengar Ponari buka praktik, dia langsung kulakan tiga dos air minum kemasan, masing-masing isi 12 botol ukuran 1,5 liter.

Air minum dalam kemasan itu laris saat praktik Ponari dibuka karena menjadi barang wajib bagi pasien untuk dicelup ‘batu ajaib’ milik Ponari. B

Bangunan warung darurat sederhana di halaman rumah Katinah pun segera didirikan kembali. Pada Minggu 1 Maret lalu, ketika polisi secara paksa membubarkan massa pengunjung, polisi juga meminta bangunan warung itu dibongkar. Katinah benar-benar gembira.

Kegembiraan juga diutarakan Masduki, 30, tukang ojek warga Desa Denanyar, Kecamatan Jombang. Sejak pagi dia sudah mangkal di pojok dusun, mencari penumpang yang hendak berobat ke tempat Ponari.

“Ini hari pertama pembukaan, jadi belum banyak yang datang. Tapi lumayan, sudah dapat Rp 60.000,” kata Masduki, yang ssaat praktik Ponari ramai calon pengunjung, dulu, pernah mendapat penghasilan bersih Rp 300.000/hari.

***

SEBAGAIMANA diketahui, praktik pengobatan Ponari dimulai sekitar 17 Januari, dan sejak 25 Februari lalu ditutup polisi. Saat itu, polisi berkilah penutupan atas permintaan keluarga Ponari karena ingin hidup tenang.

Praktik pengobatan Ponari pada hari pertama setelah beberapa waktu ditutup, kemarin (14/3) tampak lancar. Selain memperkuat pagar tempat praktik dengan anyaman bambu setinggi dua meter, pihak panitia pengobatan juga membuat sistem antrean baru untik mengurangi penumpukan para calon pasien.

Jika sebelumnya setiap pasien dibolehkan membawa satu tiket masuk seharga Rp 5.000, kemarin setiap tiket yang dijual Rp 10.000 dapat digunakan untuk lima orang. “Jadi, yang masuk ke areal pengobatan satu orang dengan membawa satu wadah isi air. Setelah air dicelupi batu oleh Ponari, air dalam satu wadah itu dibagi lima orang yang membutuhkan,” kata Koodri, salah satu panitia.

Adapun Ponari melakukan pengobatan dalam dua tahap. Tahap pertama, Sabtu (14/3) mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 07.00. Setelah itu, murid Kelas III SDN 1 Balongsari, Megaluh, ini masuk sekolah. Pengobatan dibuka lagi (shift dua) sekitar pukul 14.00 WIB, diakhiri pukul 16.30 WIB.

Mengenai relatif longgarnya pengamanan polisi terkait dibukanya kembali praktik Ponari, Perwira Pengendali (Padal) Polres Jombang, Ipda Supriyadi, ketika ditemui di lokasi mengaku mendapat perintah dari Kapolres Jombang, AKBP Tomsi Tohir, untuk melakukan pemantauan.

“Petugas yang dilibatkan juga tidak terlalu banyak,” kata Supriyadi, yang enggan merinci jumlah anggota yang diterjunkan dan langkah-langkah yang akan diambli manakala jumlah calon pasien membludak.SUTONO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar