Ingin Menikah, Dian Operasi Ganti Kelamin, Tinggalkan Surabaya Untuk Kubur Masa Lalu
Surabaya | SURYA-Setelah sukses operasi,Dian merencanakan hidup baru. Seluruh masa lalunya bakal dikubur. Namanya akan diganti, dan segera hijrah ke kota lain.
Kemarin, Dian sudah kembali ke rumah kontrakannya yang mungil, setelah sembilan hari menginap di Graha Amerta RSU Dr Soetomo Surabaya. Lokasinya di sebuah gang sempit kawasan Simo.
Namun proses medisnya belum rampung. Tiga hari kemudian, Dian bakal kontrol lagi ke tempat praktik Prof Dr dr Djohansjah Marzoeki SpBP, dokter yang sukses menyulap alat kelamin Dian seperti milik perempuan.
Tidak sekadar konsultasi pascaoperasi, Dian berharap surat keterangan medis ganti kelamin segera turun dari tangan Prof Djohansjah. Karena berbekal secarik kertas itu, Dian bakal mantap mengajukan perubahan statusnya menjadi perempuan tulen di pengadilan kelak. “Jika putusan pengadilan itu keluar, aku ingin mengubur semua masa laluku,” katanya mantap, Rabu (28/1).
Dian sudah berpamitan kepada keluarganya agar membantu menghapus ingatan masa lalunya tentang sosoknya, seorang banci yang kerap dilihat sebelah mata oleh masyarakat.
Didik, paman Dian kepada Surya mengatakan, sejak lama pihak keluarga sebenarnya merestui langkahnya mengganti kelamin demi masa depan. Sebab dia sendiri meyakini memiliki kelinan hormonal sejak lahir. Sehingga tidak mungkin dipaksakan menjadi lelaki asli.
”Kami menangis ketika Dian mulai operasi ganti kelamin. Namun Dian justru bahagia, jadi sekarang kami ikut bahagia,” ujar Didik.
Lelaki ini mengatakan keluarga akan menyokong upaya Dian mengubur semua masa lalunya demi masa depan keponakannya itu. Didik berharap Dian menjadi perempuan seutuhnya tanpa bayang-bayang status waria. “Kasihan dia kalau terus-terusan begini (menjadi waria),” katanya.
Tekad menghapus masa lalu itu begitu kuat. Panggilan Dian yang tersohor di komunitas waria akan dihapus. Dia kini tidak bangga lagi disebut waria. Dian yang terlahir dengan nama Dony telah menyiapkan nama baru berbau perempuan untuk diajukan ke pengadilan.
Rumah kontrakan mungil yang didiaminya bertahun-tahun bersama Diah, teman warianya, juga akan ditinggalkannya beberapa bulan mendatang. Salon kecantikan miliknya juga akan ditutup. Seluruh penghargaan kontes waria yang dikoleksinya dibuang. Semua orang yang mengenalnya sebagai waria akan ditinggalkan.
Pendek kata, semua memorinya dengan dunia separo pria separo perempuan dihapus. Dian berniat hijrah ke tempat baru dengan teman yang baru sama sekali. “Biar orang baru yang saya kenal melihat aku adalah perempuan,” katanya lagi.
Sebelum operasi ganti kelamin itu dilakukan, Dian merasa dirinya tidak pantas menjadi manusia normal. Dia bahkan menyebut dirinya cacat dan najis di depan keluarganya. Padahal selain bapaknya, keluarga lainnya memaklumi pilihan hidup Dian. ”Saya memilih keluar dari rumah sejak lulus SMA dan belajar mandiri karena tidak ingin orang tuaku malu dengan para tetangga memiliki anak banci,” katanya.
Dan, yang lebih penting adalah menyimpan rapat masa lalunya di depan suaminya kelak. Sebab, Dian mengatakan, calon suaminya sampai sekarang tidak tahu jika dirinya terlahir sebagai seorang pria.
Kemantapan hati Dian ini diakui Prof Djohansjah. Dokter bedah plastik itu mengatakan beberapa kali menolak pasien karena dirasa tidak memiliki kesiapan mental.
“Tidak mungkin orang yang masih menunjukkan sikap kelaki-lakian bisa menjalani operasi ini. Lebih baik saya suruh pulang,” tegasnya.
Namun menghadapi Dian, ia yakin waria ini benar-benar siap seratus persen untuk mengubur masa lalunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar