Search

Minggu, 15 Februari 2009

Ratusan Pasien Berebut Air Sisa Mandi Ponari

Massa Beringas, Paksa Buka Praktik Dukun Cilik, Ratusan Pasien Berebut Air Sisa Mandi Ponari


JOMBANG | SURYA-Niat pihak keluarga menutup selamanya praktik pengobatan dukun cilik Muhamad Ponari, 10, ternyata gagal dilakukan. Pasalnya, massa calon pasien –yang terus merangsek di sekitar rumah orangtua Ponari– menjadi beringas, Rabu (11/2).

Melihat hal itu, polisi tidak bisa berbuat lain kecuali mengizinkan pihak keluarga membuka kembali praktik pengobatan alternatif oleh bocah kelas III SD tersebut. Keputusan pembukaan kembali dilakukan pihak Polres Jombang bersama keluarga, Rabu (11/2) sekitar pukul 15.00 WIB.

Keputusan itu terpaksa diambil demi menghindari kemungkinan terjadinya kerusuhan. Pasalnya, massa yang memenuhi halaman rumah keluarga Ponari, di Dusun Kedungsari, Balongsari, Megaluh, Kabupaten Jombang, menunjukkan tanda-tanda kalap dan beringas sekaligus sulit dikendalikan.

Selain berteriak-teriak keras menghujat polisi, sebagian calon pasien juga melemparkan beberapa gelas plastik isi air mineral ke udara. Aksi ini mereda setelah bisa dicegah sesama calon pasien.

Seperti diberitakan, saking banyaknya massa calon pasien yang mengantre –bisa mencapai 50.000 orang sehari– ada empat calon pasien Ponari yang meninggal. Setelah itu, Ponari sempat sakit karena kelelahan sehingga pihak keluarga memutuskan menutup praktik pengobatan Ponari. (Surya, 11/2).
Kericuhan kemarin (11/2) bermula ketika Wakapolsek Megaluh, Deden Kimhar, muncul di depan massa yang memenuhi halaman rumah Ponari dan sekitar rumahnya. Melalui pengeras suara, dia mengumumkan bahwa pengobatan Ponari sudah ditutup.

“Penutupan itu berdasarkan pernyataan dari keluarga Ponari sendiri, yang ditandatangani ibu dan paman Ponari, serta disaksikan pejabat Muspida,” kata Deden.

Deden juga mengumumkan penghentian praktik pengobatan Ponari dilakukan karena kondisi fisik Ponari sakit. Juga, lantaran Ponari harus melanjutkan sekolah.

Mendengar itu massa berteriak-teriak tidak percaya. “Ponari bacah sakti. Mana bisa sakit? Jangan bohongi kami. Kami butuh pertolongan dari Ponari,” teriak seorang laki-laki dengan logat Madura.

Ketika Deden membacakan surat pernyataan tertulis dari keluarga Ponari yang ditandatangani Mukaromah (ibunda Ponari), dan paman Ponari, Paeno, massa menuding pernyataan itu ditulis di bawah tekanan. “Itu paksaan. Keluarga Ponari tidak mungkin punya niat menghentikan pengobatan. Bohong, bohong!” teriak beberapa warga lain.

Pada saat itulah beberapa gelas plastik isi air mineral sempat dilempar ke depan namun hanya sampai di tengah kerumunan massa, tak kena Wakapolres Deden dan para polisi yang hadir bersama Deden. Menghadapi situasi yang memanas, Deden membuka dialog.

Hal itu tak disia-siakan pengunjung. Seorang ibu lewat pengeras mengaku dirinya sudah antre sejak Senin (9/2) lalu untuk minta pengobatan Ponari demi kesembuhan salah satu keluarga. Dia juga mengaku sudah mendapat kupon atau tiket sebagai persyaratan masuk antrean sejak Senin lalu juga.
“Saya sudah menunggu berhari-hari. Kalau ditutup bagaimana nasib kami,” keluh ibu tadi, disahut massa yang beramai-ramai berteriak setuju.

Deden akhirnya berembuk dengan pihak keluarga dan panitia pengobatan. Hasilnya disepakati untuk melanjutkan kembali pengobatan Ponari, dengan syarat untuk Rabu (11/2) khusus yang sudah membawa karcis. “Kami meminta pasien yang tidak ada kupon segera pulang,” kata Deden.

Rebutan Air Mandi

Pantauan Surya, gejala kericuhan muncul ketika sampai Rabu (11/2) sekitar pukul 13.00 WIB ribuan pengunjung terus bertahan di lokasi pengobatan, kemudian merangsek menuju halaman rumah keluarga Ponari. Padahal untuk masuk ke sana harus melewati pagar bambu cukup kokoh dan dijaga polisi.

Mendadak beberapa orang menerobos pagar bambu, dan menuju sumur pompa tangan di samping rumah orangtua Ponari. Massa berebut memompa air, kemudian mewadahi air yang keluar dari pipa pompa ke dalam gelas dan botol masing-masing. Ratusan orang berdesakan di kamar mandi yang terbuat dari anyaman bambu, yang terletak bersebelahan dengan kandang kambing.

Bahkan beberapa orang nekat menciduk air keruh bekas mandi dari saluran air, kemudian digosokkan-gosokan ke bagian tubuh yang sakit. “Dengan cara begini, dengan ridlo Tuhan saya berharap sakit linu-linu di persendian saya yang sudah bertahun-tahun bisa sembuh,” kata Omo, warga Desa Bagjasari, Kecamatan Sijijong, Majalengka, Jawa Barat.

Omo tak datang sendiri ke pengobatan Ponari. Laki-laki usia 65 tahun itu naik angkutan umum bersama istri yang sakit asam urat dan anak laki-lakinya, yang sakit asma. Laki-laki ini rela berdesak-desakan untuk mendapatkan air dari sumur pompa tangan di kamar mandi Ponari.

Kemat Ikut Antre
Di lokasi pengobatan Ponari, Selasa (11/2) kemarin juga tampak Imam Khambali alias Kemat, 31, warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang. Seperti diketahui, Kemat dikenal sebagai korban salah tangkap polisi Jombang, kasus pembunuhan mayat yang ditemukan di kebun tebu Dusun Braan, Desa-Kecamatan Bandarkedungmulyo.

Kemat –yang sebelumnya berperilaku wanita– ini datang ke tempat Ponari sekitar pukul 10.00 WIB. Kemat tampak berpakaian macho datang bersama kakak perempuannya, serta seorang waria setengah baya. Kemat mengaku sudah dua kali datang ke Ponari. “Tapi selalu apes, karena kebetulan ditutup,” kata Kemat yang mengenakan kaca mata hitam dan rambut cepak.

Kemat ingin mendapatkan pengobatan. Sebab, menurut Kemat, semenjak keluar dari lembaga pemasyaratan, dadanya sering sesak. “Ini mengganggu saya kalau lagi bekerja,” kata Kemat, yang mengelola salon kecantikan.

Kemat berharap dapat minum air sakti dari Ponari agar penyakitnya bisa sembuh. Namun karena hingga pukul 12.00 WIB tidak ada kejelasan pengobatan dibuka kembali, akhirnya dia pulang. st8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar